Pendalaman Pengalaman Immersion : Cebu City, Filipina – Hari ketiga Service-Learning Student Fellowship 2025 (SLSF 2025) menjadi momen refleksi dan analisis bagi para peserta. Setelah dua hari melakukan immersion di komunitas lokal, mahasiswa kini diajak untuk menelaah pengalaman mereka lebih dalam, memahami konteks sosial yang lebih luas, dan menghubungkannya dengan prinsip-prinsip ajaran sosial Katolik serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs).
Sesi Refleksi dan Analisis : Kegiatan pagi dimulai dengan sesi sarapan dan ingress sebelum memasuki serangkaian refleksi kepemimpinan dan situasi lokal serta nasional. Para peserta mendengarkan paparan “Urban Poor and National Situation: A Critical Glance” oleh Froilan A. Alipao, MCD – Director SIMBAHAYAN Community Development Office, University of Santo Tomas Manila, yang memberikan wawasan kritis mengenai kondisi masyarakat perkotaan dan isu sosial di tingkat nasional.
Diskusi dilanjutkan dengan materi “Catholic Social Teachings & UN-SDGs” yang disampaikan oleh Teresa Camarines, Ed. D. dari De La Salle University Manila. Sesi ini membantu mahasiswa menempatkan pengalaman immersion mereka dalam kerangka etis dan global, serta memahami tantangan masyarakat melalui perspektif ajaran sosial Katolik dan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Merancang Proyek Service-Learning : Setelah sesi refleksi pagi, peserta mulai merancang proyek Service-Learning mereka menggunakan template dan petunjuk implementasi. Tujuan utama kegiatan ini adalah menyusun proposal awal yang relevan dengan kebutuhan komunitas yang telah diamati. Celine dan Sesilia Mutiara bersama rekan-rekan internasional lainnya belajar memadukan ide, merancang langkah-langkah konkret, dan menyiapkan presentasi untuk komunitas mitra.
Presentasi dan Refleksi Kelompok : Sore hari diisi dengan presentasi proposal proyek kepada komunitas mitra, diikuti sesi refleksi kelompok. Diskusi ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang berbasis pelayanan, memastikan proyek yang dirancang bukan sekadar untuk komunitas, tetapi bersama komunitas. Mahasiswa diajak mempertanyakan: isu atau wawasan apa yang paling menonjol bagi mereka hari ini? Bagaimana mereka akan memimpin dan memastikan proyek benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat?
Hari ketiga menegaskan bahwa kepemimpinan nyata terjadi ketika gagasan diterjemahkan menjadi tindakan. Celine dan Mutiara menyadari bahwa memahami realitas lokal dan nasional, prinsip-prinsip ajaran sosial Katolik, dan SDGs adalah fondasi penting untuk membangun proyek yang berkelanjutan dan bermakna bagi masyarakat Cebu.
Hari ini menekankan bahwa pelayanan sosial sejati bukan hanya tentang tindakan, tetapi tentang kolaborasi yang memperkuat empati, kepemimpinan, dan keberlanjutan dalam setiap langkah proyek.