Mendalami Kehidupan Masyarakat Cebu
Cebu City, Filipina – Hari kedua Service-Learning Student Fellowship 2025 (SLSF 2025) membawa para peserta lebih dekat dengan kehidupan masyarakat lokal di Cebu. Para mahasiswa dibagi dalam kelompok lintas negara untuk merasakan langsung aktivitas sehari-hari warga, berinteraksi dengan keluarga, dan mendengarkan kisah-kisah yang membentuk realitas sosial di Filipina.
Kolaborasi dan Pertukaran Budaya
Celine Marieska Pontoh (Akuntansi) dan Sesilia Riliany Mutiara Pandejlaki (Teknik Informatika) dari Universitas Katolik De La Salle Manado ditempatkan di kelompok berbeda. Pengalaman ini memberi mereka kesempatan unik untuk bekerja sama dan berdialog dengan mahasiswa dari negara lain. Mereka mengunjungi rumah-rumah warga di Saint Arnold Janssen Community – Soong, Mactan Lapu-Lapu City, dan disambut hangat oleh penduduk setempat. Percakapan yang lahir di sana sarat makna, membuka wawasan mahasiswa tentang dinamika sosial dan budaya setempat.
Keceriaan dalam Karaoke
Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika mereka menyaksikan kecintaan masyarakat Filipina terhadap karaoke. Dalam kunjungan ke rumah-rumah warga tersebut, Celine dan Mutiara tidak hanya berbincang, tetapi juga ikut bernyanyi bersama. Mutiara bahkan memperkenalkan budaya Indonesia dengan menyanyikan lagu pop Indonesia, yang diterima hangat oleh keluarga tuan rumah. Interaksi ini menjadi momen sederhana namun kaya makna, diwarnai tawa dan pertukaran budaya yang hangat.
Refleksi dan Pembelajaran Service-Learning
Setelah sesi immersion, para peserta berkumpul untuk refleksi kelompok. Mereka berbagi pengalaman, menulis kesan, dan mendalami makna pelayanan, empati, serta keberlanjutan dalam praktik Service-Learning. Diskusi berlangsung hangat, menekankan bahwa kehadiran dan interaksi tulus dapat membangun hubungan lintas budaya yang kuat.
“Pelayanan sosial bukan hanya tentang membantu, tetapi juga tentang hadir, mendengarkan, dan merayakan kemanusiaan bersama.”
Hari kedua ini meninggalkan pelajaran penting bagi Celine dan Mutiara: dari cerita sederhana, tawa, hingga lagu-lagu karaoke, mereka belajar bahwa pengalaman lintas budaya mampu mempererat persaudaraan dan memperluas wawasan.
Dengan semangat hari kedua ini, para mahasiswa kembali mengingat bahwa setiap langkah kecil dalam pelayanan dan pembelajaran sosial mampu menumbuhkan empati, memperkuat persahabatan lintas budaya, dan meninggalkan jejak positif bagi masyarakat yang mereka temui.