Universitas Katolik De La Salle Manado menjadi tuan rumah bagi pertemuan pengurus yayasan dan pimpinan Perguruan Tinggi Katolik, Kamis hingga Sabtu 16-18 Oktober 2025.

Ketua APTIK, Prof Dr BS Kusbiantoro mengungkapkan, tema studi tahun ini ialah Membangun Perguruan Tinggi Katolik yang Relevan dan Berdaya Saing dengan Renstra yang Baru. 

Selama tiga hari, peserta studi daro 26 Perguruan Tinggi Katolik melakukan evaluasi apa yang sudah dilakukan di bidang pembangunan pendidikan. 

Kata Prof Kus, tantangan perguruan tinggi Katolik kian kompleks. Tidak hanya sekedar menghasilkan insan berkualitas. “Misi utama kita bagaimana lulusan bisa mengabdi kepada masyarakat. Terutama menjadi lulusan yang peduli, bersolidaritas kepada masyarakat kecil,” ujar Kus usai penutupan di Luwansa Hotel Manado. 

Lebih dari itu, dalam studi di Manado, peserta berefleksi tentang kehidupan bangsa dan negara. Secara khusus tantangan terkait degradasi lingkungan yang semakin masif. 

“Kita harus terus mengingat bahwa lingkungan ini titipan anak cucu kita. Bagaimana kita bisa berkontribusi pada pelestarian lingkungan sebagaimana ajaran Laudato Si Paus Fransiskus,” jelasnya. 

Secara khusus, Prof Kus bilang, Indonesia perlu memberi perhatian lebih kepada pengelolaan sumber daya alam dan pangan berbasis lokal. “Masyarakat Adat kita harus diberi perhatian,” ujarnya. 

Sekretaris APTIK, Drs Kasdin Sihotang mengungkapkan, APTIK membawa semangat perubahan dan sikap korektif pada apa yang keliru. “Rekomendasi Studi APTIK ini akan dirumuskan dan difinalisasi dalam Kongres APTIK,” jelasnya. 

Pengawas APTIK, Dr Ir Paulus Wiryono Priyotamtama SJ menjelaskan, rumusan dalam studi di Manado dapat menjadi bagian dari rencana strategi pengembangan pendidikan Katolik di Indonesia lima tahun ke depan. “Termasuk dalam hal kota merintis, memelihara berbagai macam kerja sama,” ujarnya. 

Menjadi tuan rumah pelaksanaan Studi APTIK membawa rasa bangga bagi Unika Katolik De La Salle Manado.